I.
KOGNISI
BARU DALAM PEMBELAJARAN
1. KONSEP-KONSEP DASAR PSIKOLOGI KOGNITIF
A. Definisi Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental
atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh,
dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu
dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh
karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.
B. Peran Psikologi Kognitif
Di dalam dunia
psikologi, mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena :
1. Kognisi adalah proses mental atau pikiran
yang berperan penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia.
2. Pandangan psikologi kognitif banyak
mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan kofnitif
banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan
lain-lain.
3. Melalui prinsip prinsip kognisi, seseorang
dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.
C. Faktor-Faktor Pendorong Berkembangnya
Psikologi Informasi
Beberapa faktor
pendorong berkembangnya psokologi informasi antara lain :
1. Penurunan popularitas psikologi
behaviorisme karena psikologi tidak dapat menerangkan tingkah laku manusia
secara komplek
2. Perkembangan konsep tentang kemampuan
berbahasa yang dimiliki manusia.
3. Munculnya teori perkembangan kognitif dari
Jean Piaget (ahli psikologi dari Swiss).
Piaget mengemukakan beberapa hukum-hukum tentang
kognitif, yaitu :
1. Setiap orang punya aspek kognitif, yang
terdiri dari aspek-aspek struktural intelektual.
2. Perkembangan kognitif adalah hasil
interaksi dari kematangan organisme dan pengaruh lingkungan.
3. Proses kognitif itu meliputi aspek
persepsi, ingatan, pikiran, simbol-simbol, penalaran dan pemecahan persoalan.
4. Dalam psikologi kognitif, bahasa menjadi
salah satu objek yang penting, karena merupakan perwujudan sikap kognitif.
5. Sisi-sisi kognitif dipengaruhi oleh
lingkungan dan biologis
Aspek kognitif
1.
Kematangan →
Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.
2.
Pengalaman →
hasil interaksi dengan orang lain.
3. Transmisi sosial → hubungan sosial dan
komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
4. Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman
dan proses transmisi sosial.
Ada 2
sistem yang mengatur kognitif
1. Skema → antar sistem yang terpadu dan
tergabung
2. Adaptasi, terdiri dari Asimilasi dan Akomodasi.
o Asimilasi terjadi pada objek yang meliputi
biologis (refleksi, keterbatasan kemampuan dll) dan kognitif (menggabungkan sesuatu yang sudah diperoleh)
o
Akomodasi
terjadi pada subjek yang mengandung
perkembangan pendekatan pemrosesan informasi, pendekatan ini berasal dari ilmu
komunikasi dan komputer.
2. KONSEP-KONSEP DASAR
PSIKOLOGI KOGNITIF BERKAITAN DENGAN INFORMASI
Ada dua konsep
dasar psikologi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan
kognitif.
a. Kognisi
Dalam istilah
kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai cabang psikologi yang
mempelajari proses-proses mental atau
aktivitas pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan,
bahasa, penalaran dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang
berkaitan dengan informasi :
1.
Proses-proses persepsi
Ada seorang
karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat profesionalismenya
kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin maupun yang malas mendapat gaji yang
sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan beru tersebut memiliki
persepsi bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak akan
berpengaruh pada gajinya.
2.
Ingatan
Kemampuan
mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya sekedar
mendengar. Karena dengan membaca, pikiran / otak kita akan bekerja lebih keras
untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar,
kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa
pemahaman.
3.
Bahasa
Informasi akan
lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa yang digunakan sesuai
dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan. Karena
otak / pikiran kita mampu mencerna inti informasi tersebut.
4.
Penalaran
Seseorang yang
memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh informasi yang berkaitan
dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh
dari bagian lain, karena suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
5.
Persoalan
Sikap dan perilaku
manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi. Sikap dan perilaku
ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat
menciptakan suatu solusi.
b. Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang sebagai
cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi manusia. Konsep
ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, dan
proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
Contoh yang
berkaitan dengan informasi
1. Peran-Peran persepsi
Orang yang
berpersepsi / berpikir bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda, dia akan
selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia ridak tahu kapan dia akan
berhasil. Karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin banyak informasi yang
didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir / dihindari. Hal ini
menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet.
2. Pengetahuan
Orang yang
banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi
dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat,
tepat, murah dan efisien.
3. Proses-Proses
Berpikir
Jenjang
pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan
pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan
berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi
dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena
mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang
cepat.
II.
TEORI-TEORI KONTEMPORER
Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori
belajar konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa
mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan
prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya nampak ada
pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi. Guru lebih
berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan.
Menerapkan
Pembelajaran “Student-centered learning strategies”.
Pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama
ini, belajar mengajar dalam arti cenderung berpusat pada subjek belajar.
Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan
pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered”
dilaksanankan melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan
kolaboratif, generative learning dan problem-based learning.
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme
mencakup pembelajaran kontekstual dan kuantum.
1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning)
Dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis konstruktivisme,
yaitu suatu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang dikembangkan
oleh John Dewey pada awal abad 20 . Pembelajaran kontekstual adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya.
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir yang dipergunakan dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam pandangan
konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan :
- menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
- memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
- menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
b. Menemukan
Menemukan merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis CLT (contextual Learning and Teaching). Siklus
inkuiri : observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan
(inkuiri) :
- Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun), Bagaimanakah silsilah raja-raja majapahit? (sejarah), Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai kendari? (bahasa Indonesia), ada beberapa jenis tumbuhan menurut bentuk bijinya? ( biologi), kota mana saja yang termasuk kota besar Indonesia? (geografi)
- Mengamati atau melakukan observasi membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung, mengamati, dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati
- Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
- Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain : bertanya jawab dengan teman memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dsb.
c. Bertanya
Questioning (bertanya) merupakan strategi tahap pembelajaran yang berbasis
CLT. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, dan mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar
Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CLT, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen.
Misalnya ahli internet, sablon dan sebagainya. “Masyarakat belajar” bisa
terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru yang mengajari
siswanya” bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu
arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus
informasi yang perlu dipelajari oleh guru yang datang dari arah siswa. Kegiatan
saling belajar ini bisa terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari
e. Permodelan
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
ada model yang bisa di tiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu
atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu guru memberi
model tentang bagaimana cara belajar.
f. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu
siswa mengedepankan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Pengetahuan yang bermakna di peroleh dari proses. Pengetahuan yang di miliki
siswa di perluas melalui konteks pembelajaran, kemudian sedikit demi sedikit bagaimana
pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
g. Penilaian yang sebenarnya
Penilaian adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran
perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu di ketahui oleh
guru agar bisa memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi siswa mengalami kemacetan
belajar maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari
kemacetan belajar karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan sepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode
pembelajaran tetapi di lakukan bersama secara integral tidak terpisah dari
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar di tekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari (Learning How To Learn) bukan di tekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran karena
assesment menekankan pada proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari
proses bukan melulu hasil.
2.
Model Pembelajaran Kuantum
Pengertian Quantum Teaching dapat di
pahami melalui tiga hal yaitu :
- Quantum berarti interaksi yang berarti mengubah energi menjadi cahaya. Teaching berarti pembelajaran, untuk menghilangkan kesan “dominasi” tugas guru terhadap siswa, dan memberikan “pengakuan” lebih terhadap kemampuan siswa untuk belajar dengan bantuan dan bimbingan guru (Rusda Kto Sutadi, 1996:10). Jadi Quantum Teaching atau pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar, sehingga kemampuan dan bakat alamiah siswa berubah menjadi cahaya (kemampuan aktual)
- Percepatan belajar, berarti menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja seperti menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif Penyajian, dan keterlibatan aktif.
- fasilitasi, merujuk pada implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan alami.
Fasilitasi
termasuk penyediaan alat bantu yang memudahkan siswa belajar.
Dalam proses
pembelajaran terjadi oskestrasi (penggubahan, penyelarasan, pemberdayaan
komunitas belajar), sehingga orang-orang yang terlibat sama-sama merasa senang
dan bekerja saling membantu untuk mencapai hasil yang optimal.
Asas utama
Pembelajaran kuantum di rancang
berdasar tiga hal, yaitu: asas utama,
prinsip-prinsip dan model. Belajar adalah kegiatan full
contact, suatu kegiatan yang melibatkan seluruh kepribadian manusia (pikiran,
perasaan dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan
sebelumnya serta persepsi masa datang. Belajar berurusan dengan orang secara
keseluruhan, kegiatan ini dapat dicapai jika guru telah memasuki kehidupan
siswa, caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang di ajarkan guru dengan
peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa.
Prinsip-prinsip pembelajaran Kuantum
Prinsip yang digunakan dalam
pembelajaran kuantum terdiri dari :
1. segalanya berbicara
prinsip segalanya berbicara
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu di ruang kelas “berbicara” –
mengirim pesan tentang belajar dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru,
dari kertas yang di bagikan hingga rancangan pelajaran. Dalam proses pembelajaran,
guru wajib mengubah kelas menjadi “komunitas belajar” masyarakat mini yang
setiap detailnya telah di ubah untuk mendukung belajar optimal dari cara
mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, cara merancang pengajaran.
2. prinsip segalanya bertujuan
berarti semua upaya yang di lakukan
guru dalam mengubah kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar
secara optimal untuk mencapai prestasi tertinggi.
3. pengalaman sebelum peberian nama
proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk
hal-hal yang mereka pelajari. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan
peluang untuk penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental,
membangun keingintahuan siswa. Dalam kondisi demikian barulah guru memberikan
nama : menjelaskan materi pelajaran.
Mode pembelajaran kuantum mengambil
bentuk hampir sama dengan sebuah simponi yang membagi unsur pembentuk mencari
dua kategori yaitu : konteks dan isi.
4. akui setiap usaha
5. jika layak di pelajari, maka layak
pula dirayakan.
III. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
A,
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip
belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.Perhatian
dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi
adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Menurut H.L. Petri, “ motivation is the concept we use when we
describe the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat,
motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam
bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi
dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi
dua:
a, Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh
mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya.
b, Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar
dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan
ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilanbelajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar
tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya
sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.
Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut
teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan
mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu
mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam
setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3,
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan
masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata,
tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4,
Pengulangan
Menurut
teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang.
Berangkat
dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya
respons benar.
Pada
teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke
kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5,
Tantangan
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan
yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan
metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun
negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6,
Balikan dan penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike.
Siswa
belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai
yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik
dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak
yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format
sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan.
7,
Perbedaan individu
Siswa merupakan
individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap
siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang
dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
• Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
• Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
• Penggunaan metode instruksional
• Memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan
bimbingan
belajar bagi anak-anak yang kurang
• Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan
dengan minat dan kemampuan siswa
B. Implikasi prinsip-prinsip belajar dan Pembelajaran bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a,
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa
sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan
apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1. Perhatian
dan motivasi
Siswa
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke
arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai
”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar
dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3)
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal
apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada
seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,
1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk
perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya
siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan
perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan
belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4)
Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang
untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak
merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5) Tantangan
5) Tantangan
Prinsip
belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia
akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa
selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap
pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi
siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya
kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu,
siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan
yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari
prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan
tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
6)
Balikan dan penguatan
Siswa
selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar
atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi
dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan
penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah
dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan
terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua
karena hasil belajar yang jelek.
7)
Perbedaan individual
Setiap
siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan) nya
sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar
(Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan
membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya
sendiri.
b. Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru
sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya
prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan
pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini.
1) Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip
perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
• Guru menggunakan metode secara bervariasi
• Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan
materi yang diajarkan
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
• Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing
(direction question)
Sedangkan implikasi
prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya
adalah:
• Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
• Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
• Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera
mungkin memberitahukan hasilnya
kepada siswa
• Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa
yang memberikan respons terhadap p
Pertanyaan yang
diberikan
• Memberitahukan
nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2)
Keaktifan
Peran guru
mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah
peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis,
yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di
dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan
yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh
dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar
pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku
berikut:
• Menggunakan
multimetode dan multimedia
• Memberikan tugas
secara individual dan kelompok
• Memberikan
kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil
( beranggauta
tidak lebih dari 3 orang )
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat
hal-hal yang kurang jelas
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3)
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan
siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual dalam kegiatan
pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi
pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan
langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
·
Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih
banyak pada pembelajaran individual dan
kelompokkecil
Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
·
Menggunakan media yang langsung digunakan oleh
siswa
·
Memberikan tugas kepada siswa untuk
mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
·
Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari
sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
·
Melibatkan siswa dalam merangkum atau
menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi
lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah
kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran
yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan
pengajaran yang ditetapkan.
4)
Pengulangan
Implikasi
prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan
pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak
membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan
pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang
membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan
di antaranya:
• Merancang pelaksanaan pengulangan
• Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
• Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus
diulang
• Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
• Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5)
Tantangan
Apabila guru
menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan
tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan
pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan
alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang
merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah :
·
Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau
dalam kelompok kecil (3-4 orang)
·
Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah
yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber
informasi
·
Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi
pelajaran yang selesai disajikan
·
Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand
out, modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan
tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan
secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
·
Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep,
prinsip, dan generalisasi sendiri
·
Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi
untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6)
Balikan dan penguatan
Balikan dapat
diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun kelompok
klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat
menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar
balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan
karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru,
berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah :
· Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali
mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
·
Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang
diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
·
Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang
telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
· Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat
yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
· Memberikan anggukan atau acungan jempol atau
isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan
guru.
·
Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang
berhasil menyelesaikan tugas
7)
Perbedaan individual
Setiap guru tentunya
harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti menghadapi
30 macam keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik/keunikan kelas, guru
harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya.
Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai
karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual
bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah :
·
Menentukan penggunaan berbagai metode yang
diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa
sesuaikarakteriatiknya
·
Merancang pemanfaatan berbagai media dalam
menyajikan pesan pembelajaran
·
Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga
dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
·
Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada
siswa yang membutuhkan
IV KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER
1. SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING
OPERAN B.F SKINNER
Asas pengkondisian operan B.F
Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. . pada
waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang
kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues
(pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive
stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu
stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki
sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R
tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan
bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Asas-asas kondisioning operan adalah
kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar
psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan
fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R
lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model
kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike.
Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan
berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya
respons atau tingkah laku operan.
2. KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER
Inti dari teori behaviorisme Skinner
adalah Pengkondisian operan (Kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi.
Ada 6 asumsi yang membentuk landasan
untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi
itu adalah sebagai berikut :
- Belajar itu adalah tingkah laku.
- Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
- Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
- Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
- Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.
- Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup.
Tabel Perbandingan Respons Elisit
dan Tingkah-Laku Operan
Respons Elisit ( Refleks )
|
Respons Emisi atau Operan
|
Ada korelasi yang dapat diamati
antara stimulus dan respons; Respons yang terpancing keluar terutama untuk
menjaga kesejahteraan organisme.
|
Ada respons bertindak mengenai lingkungan yang menimbulkan konsekuensi yang
berpengaruh pada organisasi, dan dengan demikian mengubah tingkah-laku yang
akan datang; Tidak ada korelasi nya dengan stimulus sebelumnya.
|
Di kondisikan dengan substitusi
stimulus
Kondisioning Tipe S
|
Di kondisikan melalui konsekuensi
respons yang memperbesar peluang merespons; Kondisioning Tipe R.
|
Berdasarkan asumsi dasar tersebut
menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah
adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).
Penguatan dan Hukuman. Penguatan
(reinforcement) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks.
Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A,
Juara 1 dsb).
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu cara untuk mengingat
perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu,
ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut
ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W
Santrock, 274).
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR
tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa
berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
Kupasan yang dilakukan Skinner
menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang
digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai
fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner
menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi
terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau
gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. itu adalah
prosedur yang mengena dalam membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan
Sitimulus-Respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan
praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar dalam
kontigensi . Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen
tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi
yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil
sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku
positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas
meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan
penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip
belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain :
·
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
·
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
·
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
·
Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya
hukuman.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
Hadiah diberikandengan digunakannya jadwal
variable rasio reinforcer.
·
Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu pula dari eksperimen
yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
3. APLIKASI TEORI SKINNER TERHADAP
PEMBELAJARAN.
Beberapa aplikasi teori belajar
Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
·
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
·
Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat
·
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
·
Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
·
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
·
Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
· Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
·
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
·
Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
·
Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
·
Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
·
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
·
Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
·
Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks.
4. ANALISIS PERI LAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN
Banyak aplikasi Pengkondisian operan
telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan
tempat lain di dunia nyata.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip
pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan
analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu
- Meningkatkan perilaku yang diinginkan.
- Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
- Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Meningkatkan perilaku yang
diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan
dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
- Memilih
Penguatan yang efektif : tidak semua penguatan akan sama efeknya
bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu
penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang
anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan
ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
- Menjadikan
penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif,
guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu.
Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya,
sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan
membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka.
Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu
mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
- Memilih
jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan
kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
·
Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat
setelah sejumlah respon.
·
Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah
terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
·
Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah
beberapa waktu akan diperkuat.
·
Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah
variabel waktu berlalu.
- Menggunakan
Perjanjian. Perjanjian (contracting) adalah menempatkan
kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati.
Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi
masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika… maka”
dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
- Menggunakan
penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi
respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang
dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti
seorang guru menggunakan penguatan negatif.
Menggunakan dorongan (prompt)
dan pembentukan (shapping)
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau
isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan
respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah
mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
Mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan
Ketika guru ingin mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas,
atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan
adalah
-
Menggunakan Penguatan Diferensial.
-
Menghentikan penguatan (pelenyapan)
-
Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
-
Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI
SKINNER
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan
untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan
yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori
ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i)
teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar
diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan membuat anak didik menjadi kurang mengerti
tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan
teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun
fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk
pada siswa.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat
diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah sebagai
berikut:
- Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning Skinner dijelaskan pada tabel berikut:
Unsur Dasar
|
Definisi
|
Asumsi
|
Perubahan tingkah laku ialah
fungsi dari kondisi dari lingkungan dan peristiwa
|
Belajar
|
Perubahan tingkah laku ditunjukkan
oleh meningkatnya keseringan respon.
|
Hasil belajar
|
Respons yang baru (tingkah laku)
|
Komponen Belajar
|
(SD)-(R)-(R Reinsf)
|
Perancangan pembelajaran untuk
belajar yang kompleks
|
Merancang urutan stimulus – respon
– penguatan untuk mengembangkan himpunan respons kompleks.
|
Isi pokok dalam merancang
pembelajaran
|
Pemindahan kendali stimulus, waktu
penguatan; menghindarkan hukuman.
|
- Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan guru dan murid. Jika dipakai secara efektif, pandangan teori ini akan dapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
- Kritik terhadap teori pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus mengatakan bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku, namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran atau hukuman. atau dengan kata lain teori behaviorisme tidak memberi cukup perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman Dr Mpd, 2010 Belajar dan
Pembelajaran, Alpabeta CV Bandung
Arie Asnaldi, 2005. Teori –Teori
belajar. http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
John W. Satrock, 2007. Psikologi
Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar
dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Muhibbin syah, Dr.M Ed, Psikologi Pendidikan,PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori
belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
Wasty Soemanto,Drs.MPd,2006 Psikologi Pendidikan, PT Rineka Cipta
Jakarta
Yatim Riyanto.Prof.Dr.H.Mpd, 2009, Paradigmabaru Pembelajaran,Kencana Prenada
Media
Group, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar